Minggu, 08 Juli 2012

Dilematika Kependidikan Di Indonesia

Menilik fenomena kependidikan di Indonesia tentunya tidak lepas dari pasang surut dunia guru atau ranah kepengajaran. Secara umum kependidikan sangat dibutuhkan di nusantara ini mengingat banyak yang perlu"diajarkan"tentang bagaimana Indonesia ini. Yang paling menjadi titik poin dalam kependidikan adalah mutu pengajarnya baik dari tingkat dasar, menengah ataupun tinggi. Sebenarnya kualitas SDM kita sangatlah kapabel, cuma tidak terkoordinasi dengan baik, hal ini terbukti dengan beberapa orang Indonesia yang sukses besar menjadi pengajar di negeri orang. Bahkan tidak jarang menjadi orang - orang yang sukses di dunia bisnis baik di luar maupun di bumi kita tercinta ini. Akhir - akhir ini juga banyak siswa-siswi dari Indonesia yang sering mendapat predikat juara di luar negeri ataupun negeri sendiri sebagai scientist-scientist muda dalam penemuan ilmiah ataupun dalam ajang olimpiade-olimpiade keilmuan. Grafik kependidikan kita sebenarnya masih sangat tergantung oleh pemerintah kita sendiri, namun saat ini para pengajar di sekolah-sekolah negeri sedikit berbangga, karena kesejahteraan mereka sudah cukup terperhatikan. Di sisi lain di pihak sekolah yang dikelola oleh swasta atau yayasan masih menunjukkan peta yang masih kurang dalam hal kesejahteraan, meskipun pada satu kasus ada yayasan - yayasan yang memang sangat memperhatikan juga. Pengkomoditian bisnis sekolah akhirnya menjadi pilihan yang mutlak sehingga banyak guru - guru sudah berfikir tentang bisnis.Tak jarang pula muncul guru-guru yang berfikir"ada uang-ada ilmu"-"ada duit-ada pengabdian".Di dalam peta bisnis sangatlah wajar jika berfikir demikian, sebab suatu saat akan demikian.Jika melihat kondisi pendidikan dan perekonomian yang tidak merata di republik ini akhirnya menjadi masalah ketika ada guru-guru yang berfikir demikian. Yang menyedihkan adalah jurang masih tercipta antara si kaya dan miskin, yang kemudian timbul sekolah si kaya dan sekolah si miskin dan itu sudah terjadi di negara kita dan guru hanya mementingkan duit bukan kualitas siswa. Sebagai pengajar tentunya berfikir jangan sampai siswa juga berfikiran "semua karena duit sekolah beres". Ini dunia pendidikan yang mengajarkan unsur -unsur kearifan di dalamnya. Lebih menyedihkan lagi adalah guru-gurunya tidak berfikir tepat kondisi, yaitu situasi dimana guru hanya memikirkan uang sedangkan mereka masih dibutuhkan pengabdian daripada ilmu dan keahliannya yang dijual. Fenomena pendidikan kita sebenarnya masih banyak perlu pengabdian, sebab jika guru - guru tidak berfikir tepat kondisi seringkali operasional sekolah terganggu. Ada guru yang perduli dan tidak perduli, sehingga akan timbul jurang yang perduli dan tidak perduli dan akibatnya sangatlah tidak kondusif untuk sekolah tersebut. Manajemen yang amburadul, guru-guru yang tidak perduli, siswa yang semakin sulit diatur yang kemudian membuat sekolah tersebut semakin semrawut.Ada baiknya kita juga sesekali merefleksi keadaan seperti ini sehingga bisa dijadikan parameter dalam dunia kependidikan kita. Semoga... 

Rabu, 04 Juli 2012

Pengetahuan dan Guru Muda

Pentingnya pengetahuan tentang manajemen sekolah dan operasional sekolah adalah hal yang mutlak, mengingat bahwa mengelola sekolah adalah sesuatu yang tidak mudah. Minimnya pengetahuan guru - guru terutama guru - guru muda sangat mempengaruhi performance dan kinerja sekolah. Sebagaimana kita ketahui bahwa ilmu tentang kependidikan hanya bisa didapat dari sarjana-sarjana berbasis kependidikan dan akta mengajar (AKTA IV). Fenomena booming guru pun mempengaruhi banyaknya lulusan-lulusan fresh graduate yang banyak memilih untuk menyeberang ke jalur pendidikan. Kerasnya dunia kerja juga sangat berpengaruh terhadap condongnya para lulusan - lulusan muda ini mengambil jalan pintas untuk menjadi guru. Pola pikir lebih mudah menjadi guru daripada bekerja juga turut mendominasi pemikiran mereka. Jika kita melihat manajemen sekolah ternyata lebih rumit daripada dunia kerja, sehingga akhirnya banyak guru - guru non kependidikan mempunyai jalan pemikiran sendiri. Mengelola administrasi sekolah baik dari sisi guru atau siswa ternyata lebih komplek permasalahan - permasalahan yang muncul dibanding di dunia kerja. Belum lagi berdasar standart penilaian yang ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional dan harus dilaporkan berkala kesana.Hal - hal tersebut yang belum diketahui oleh para guru - guru muda terutama non kependidikan, mereka lebih kearah pemikiran dia sendiri, dimana dia lebih memilih menjadi idola siswa-siswi daripada kedisiplinan, kepingin menjadi"dewa"bagi siswa-siswa yang bermasalah terutama tidak naik kelas atau "menghalalkan" situasi - situasi kearah non kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran siswa. Pada titik finalnya adalah sangat mempengaruhi performance sekolah itu sendiri di mata masyarakat mulai dari sekolah yang kurang disiplin, guru-gurunya tidak jelas sampai sekolah yang banyak liburnya. Disini titik sulit dari mengelola sekolah karena tidak hanya menjadi guru yang pintar saja tapi guru yang cerdas dalam mensikapi semua itu agar performance sekolah menjadi baik. Mungkin solusi yang paling jitu adalah bagaimana mensosialisasikan pengetahuan - pengetahuan tersebut kepada guru - guru baru yang belum tahu dan mengerti ranah pendidikan. Semoga menjadi renungan kita semua.